Review Buku Sebuah Seni untuk Bersikap Bodo Amat Mark Manson
Buku pengembangan
diri dari mark manson, ini merupakan buku yang terbilang unik dengan cara pikir
dan pola yang berbeda dalam memandang masalah. Mark membawa kita pada hal-hal
baru dalam penyikapan masalah.
Dibagian awal buku ini, Mark menyuruh kita untuk
tidak berusaha sama sekali. Dengan penggambaran watak Charles Bukowski, penulis
terkenal di Amerika yang lebih memilih untuk tetap jadi pecandu alkohol namun
tetap sukses. Mark mengungkapkan untuk menjadi bahagia, jangan pernah sekalipun
kita menjadi orang lain, mencari jati diri dan identitas lain.
Bukowski dalam
pandangan Mark, sangatlah hebat karena ia mampu memiliki kemampuan sederhananya
untuk jujur pada diri sendiri setulus-tulusnya dan semampunya. Pada dasarnya
kita hanyut dalam kepingan nuansa semu dalam takaran kebahagian yang sudah ada
dalam indikator yang dibuat oleh media dan lingkungan.
Untuk menjadi cantik,
kita perlu melakukan perawatan, melakukan perawatan dan menggungakan cuci muka
merek A dan B. Padahal jika seseorang sungguh bagia, dia tidak akan pernah
merasa perluk untuk berdiri depan cermin danmengulang-ulnag ucapan, seseorang
yang tidak percaya diri, tidak perlu mengungkapkan bahwa dia sangat percaya
diri. Anda sebenrnaya sedang menguatkan realtas bawah sadar anda jika anda
melakukan hal itu; bahwa anda bukan seperti itu, kata Mark.
Wabah sosiologis yang
menimpa kita semua adalah adanya lingkaran setan, yang memaksa kita bahwa
pengalaman negatif akan selalu melahirkan rasa cemas, dan rasa khawatir.
Padahal dari semunya. Mark menyebutkan bahwa filsuf, Alan Watts tentang hukum
kebalikan adalah benar adanya. Anda akan merasa semakin tidak puas, karena
mengejar sesuatu hanya akan meneguhkan gakta bahwa pertama-tama anda tidak
baik.
Semakin mati-matian
anda ingin bagaia dan dicintai, anda akan menjadi semakin kesepian karena
merasa ketakutan (2018:11). Akhir dari bagian awal buku ini mengajarkan kita
bahwa pada ujungnya bersikap bodo amat, terhadap hal-hal yang seharusnya tidak
perlu kita perhatikan adalah jawaban dari semuanya.
Belajar menjadi lebih
fokus, dan lebih memperhatikan apa yang menjadi prioritas pikiran kita adalah
hal yang mutlak untuk dilakukan. Dan itulah yang seharusnya hadir dalam
penyaringa akal sehat kita untuk merespon segala hal yang ada.
Seni bersikap bodoh itu adalah tentang beusaha bagaimana kita bersikap acuh tapi butuh, ingkar terhadap definisi sulit, dan sadar akan pemilahan hal yang seharusnya diperhatikan.
Dengan
seni ini kita akan lahir sebagai manusia yang tidak terkena wabah psikologis
tentang nilai baik buruk hanya menurut orang, hingga akhirnya menghasilkan
kompensasi fatal terhadap diri sendiri. Berusaha mengejar nilai positif
mati-matian hingga mengacuhkan segala kebaikan disekitarnya.
Dibagian kedua buku
ini mengajak kita untuk menyadari bahwa kebahagian itu sebenarnya adalah sebuah
masalah. Diawali dengan kisah inspiratif Buddha, Mark menyodorkan fakta dan
realita sosial yang nyata bahwa, dalam keadaan serba ada sekali pun kamu tidak
akan pernah menemukan kebahagian sejati, pun dengan kondisi serba kekurangan,
anda tidak akan menemukan kebagahian yang ada hanyalah penderitaan.
Sejatinya hidup itu
sebuah penderitaan, dan rasa sakit adalah sebuah pelajaran serta takan pernah
dapat dielakkan. Kebahagiaan memiliki bumbu kegelisahan dan ketidakpuasan, hal
itu tidak bisa dihindari oleh siapapun. Secara biologis, cemas, sakit,
penderitaan adalah baik adanya maka dari itu, hal tersebut oleh Tuhan dijadikan
hal mutlak yang ada dalam emosi manusia. Intinya adalah tentang bagaimana kita
mendefinisikan kebahagiaan itu sendiri.
Jangan mengindari
rasa sakit, penderitaan dan kegelisahan karena hal itu adalah komponen dari
kebahagiaan. Mark mengungkapkan bahwa derita emsional akibat penolakan atau
kegagalan mengajarkan kita bagaimana cara mencegah kesalahan yang sama di masa
depan. Solusi terhadap masalah hanya akan menciptakan masalah lainnya.
Hadapi masalah tanapa
adanaya penyangkalan konstan dan
penyalahan terhadap mentalitas diri. Dua hal itu jika dilakukan akan
menuntun pada pengalihan diri dari kenyataan hidup dan juga perasaan kalut atas
diri yang tak kuasa terhadap segala hal.
Akhir dari bagian
kedua ini Mark menyinggung permasalahan terkait dengan pengertian terhadap
emosi. Emosi negatif yang merupakan suatu panggilan untuk bertindak sewajarnya
adalah hal yang wajar, pun dengan emosi positif yang merupakaan imbalan atas
balasan adalah hal yang mutlak adanya.
Maka Mark (2018;41)
menyinggung bahwa fixsasi terhadap kebahagiaan secara niscaya akan meminta kita
untuk tiada habisnya mengejar sesuatu yang lain. Bahagia tidak bersifat final,
yang menjadi bahagaiamu hari ini akan berbeda dengan keesokan harinya. Maka
pada intinya apa yang menciptakan pengalaman positif akan menentukan pengalaman
negatif kita.
Karena kebahagiaan
perlu perjuangan, dan kebahagiaan tumbuh dari masalah, maka pilah penderitaan
mana yang akan kamu tanggung. Karena kesuksesan hadir dari pertanyaan apa yang
anda ingin nikmati tapi lebih pada rasa sakit apa yang ingin anda tahan? Lebih
lama anda membca buku, membeli segala hal tentang buku maka akan lebih dalam
juga anda akan bersama pengetahuan. Lebih kuat anda menahan rasa sakit untuk
menguatkan otot-otot anda di gym, maka akan lebih terbentuklah badan anda.
Hidup adalah tentang penderitaan yang harus ditanggung.
Inti penting dari buku ini adalah bahwa, beberapa hal tentang peristiwa dan juga cerita orang perlu disisipkan, dan perlu juga diberikan rasa “bodo amat” yang tinggi. Akal harus mencerna mana yang penting untuk diberikan sebuah apresiasi, dan mana yang tidak. Karena segala hal tidak perlu dipikirkan lebih dalam.

Komentar
Posting Komentar